Ada seorang anak yang bisa nge-game (bermain game di komputer atau internet) hampir seharian. Dia hanya berhenti pada saat makan siang saja, itu pun dipaksa ibunya untuk makan dan dengan janji setelah makan boleh nge-game lagi. Ada juga anak yang bangun pagi-pagi di hari Minggu kemudian pergi ke warnet (warung internet) untuk bermain game online; padahal setiap hari sepulang sekolah ia pasti juga telah menyempatkan diri menyelinap ke bilik warnet yang tidak jauh dari rumahnya untuk bermain tembak-tembakan di game online.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, anak-anak yang menghabiskan waktunya lebih dari dua jam untuk menonton televisi atau bermain game komputer, ternyata punya risiko lebih besar dalam masalah kejiwaan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Brisol, Inggris, tersebut melibatkan 1.000 anak berusia sepuluh hingga sebelas tahun. Hasil dari penelitian ini menemukan kesulitan psikologis naik sebesar 60 % pada anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam dalam waktu sehari untuk nge-game atau menonton televisi.
Penulis sendiri merasa prihatin ketika mendapati anak-anak yang sudah kecanduan nge-game akhirnya melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji. Misalnya, pada suatu hari ada orangtua yang mencari anaknya yang sejak pulang sekolah sampai sore tidak pulang ke rumah. Ketika bertemu dengan penulis, orangtua tersebut bercerita kalau anaknya pamit bermain ke rumah temannya. Padahal, penulis tahu betul kalau anaknya telah kecanduan nge-game di warnet yang tidak jauh dari kompleks perumahan. Penulis akhirnya menyarankan untuk mencari di warnet tersebut, ternyata benar adanya.
Berdasarkan peristiwa tersebut, berarti sang anak telah berbohong kepada orangtuanya hanya agar bisa dengan leluasa nge-game online. Tidak hanya berbohong, ada anak yang juga mau mencuri uang orangtuanya hanya untuk biaya sewa internet. Meskipun hanya tiga ribu atau lima ribu rupiah, namun perbuatan mencuri sama sekali tidak bisa dipandang sepele. Bila hal ini tidak segera diatasi maka kecanduan nge-game bisa membentuknya untuk menjadi pencuri.
Bermain game di komputer yang tak dikendalikan oleh orangtua juga akan menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan jiwa anak. Misalnya, anak cenderung egois, asosial, kehilangan rasa toleransi, mudah untuk meniru budaya kekerasan, didominasi oleh rasa ingin menang sendiri, dan susah untuk bisa berbagi. Belum lagi bila kecanduan nge-game itu sampai membuatnya malas belajar, lupa makan, bahkan susah tidur. Sungguh, melihat dampaknya yang sebagaimana tersebut, orangtua harus bisa menjaga jangan sampai anaknya kecanduan nge-game.
Untuk mengatasi anak yang kecanduan nge-game secara efektif, memang tidak bisa dengan cara kekerasan atau memarahinya. Orangtua juga kurang bijak apabila melarang anaknya dan tidak boleh nge-game sama sekali. Jadi, yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bermain game di komputer atau di internet, namun dibatasi waktunya. Apabila sedang tidak libur sekolah, nge-game tidak boleh lebih dari satu jam; sedangkan pada saat libur sekolah, anak diberi kesempatan untuk bermain game dalam sehari maksimal dua jam.
Aturan ini harus ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari agar anak tetap senang karena bisa bermain game di komputer, namun tidak sampai kecanduan. Mengapa anak sampai kecanduan nge-game? Di antara sebabnya adalah sebagai berikut:
1. Tidak Memahami Akibat Buruknya
Anak yang kecanduan nge-game sesungguhnya tidak memahami akibat buruknya. Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini. Ada seorang anak yang dilarang oleh ibunya untuk tidak berlama-lama ketika nge-game masih saja bandel. Namun, ketika ibunya menyampaikan bahwa orang yang berlama-lama nge-game di komputer bisa membuat matanya sakit, akhirnya ia bisa membatasi diri dalam nge-game, yakni paling lama setengah jam saja dalam sehari. Ternyata, anak tersebut tidak ingin matanya seperti mata ibunya yang harus memakai kacamata tebal.
Akibat buruk dari kecanduan nge-game sebenarnya bukan hanya akan membuat mata sakit, namun masih banyak lagi sebagaimana yang telah disampaikan di muka. Orangtua dapat menyampaikan beberapa akibat buruk tersebut kepada anaknya. Sudah barang tentu ketika menyampaikan kepada anak, suasana tetap dijaga dalam keadaan tenang dan tanpa memojokkan atau menyalahkan sang anak. Transfer pengetahuan atau nilai dalam keadaan tenang dan santai seperti ini lebih mudah dipahami dan diterima oleh anak.
2. Tidak Banyak Pilihan Permainan
Anak perlu banyak pilihan permainan agar tidak kecanduan untuk bermain game di komputer. Pilihan permainan itu bisa berupa macam-macam permainan yang melibatkan teman-temannya dalam bermain atau pilihan permainan dalam arti bisa dilakukan secara sendiri, seperti menggambar, mewarnai, bermain puzzle, ular tangga, dan lain-lain.
Banyak pilihan dalam permainan ini juga perlu untuk diadakan oleh orangtua sebagai alternatif penyaluran setelah anaknya dibatasi dalam bermain game di komputer. Banyak pilihan dalam permainan ini juga penting agar anak lebih sehat ketimbang bermain game di komputer yang lebih banyak duduk. Dalam hal ini, orangtua dituntut kreatif agar anak-anaknya tidak bosan dalam bermain.
Meskipun permainan bukan hal yang utama dalam kehidupan anak-anak, hal ini tidak boleh diabaikan. Sebab, dunia anak-anak adalah dunia bermain. Namun, anak-anak tetap harus dididik untuk disiplin dalam membagi waktu; misalnya waktunya bermain, makan, istirahat, ibadah, atau belajar. Apabila anak-anak sudah dilatih disiplin dalam segala hal, ia pun tidak mudah kecanduan untuk nge-game (lagi).
3. Orangtua Cuek Terhadap Anak
Pertanyaan yang segera mengemuka sebelum membahas persoalan ini adalah: apakah ada orangtua yang cuek terhadap anaknya? Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis tak perlu mencari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli atau menunggu hasil survei yang sedang dilakukan. Penulis sendiri sering menyaksikan secara langsung bahwa memang ada orangtua yang cuek terhadap anaknya sendiri. Apalagi terhadap perkembangan kejiwaan anaknya dan proses pendidikannya.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Kebanyakan orangtua hanya memasrahkan pendidikan anaknya pada sekolah. Orangtua sudah merasa bahwa anaknya telah dididik oleh guru-gurunya. Tugas orangtua hanyalah membiayai anaknya untuk bersekolah. Bahkan, tidak masalah jika harus-atau kalau bisa-bersekolah di sekolah favorit meski biayanya mahal sekalipun. Dengan demikian, orangtua merasa terlepas dari tanggung jawab, sehingga ketika di rumah pun orangtua tampak cuek terhadap perkembangan jiwa dan pendidikan anak-anaknya.
Jika orangtuanya mempunyai pandangan sebagaimana tersebut di atas, maka ia pun tidak mempunyai perhatian yang khusus ketika anaknya bermain game di komputer. Ketiadaan perhatian dari orangtua inilah yang membuat anak bisa kecanduan dalam nge-game. Sebab, berbagai penelitian telah mengidentifikasi masalah bahwa persoalan yang muncul sebagai akibat keterlibatan dalam pemanfaatan game di komputer, televisi, atau dunia maya di internet adalah dapat menimbulkan ketergantungan ( addiction).
Bila hal ini yang terjadi, yakni akibat sikap orangtua yang cuek, sehingga anak-anak menjadi kecanduan nge-game, maka tidak ada cara yang lebih efektif untuk mengatasinya selain memunculkan atau menunjukkan kembali perhatian orangtua kepada anak-anaknya, terutama perkembangan jiwa dan proses pendidikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar