Minggu, 03 Juli 2011

Penyebab Ban Cepat Gundul / Aus

Ban bagi mobil merupakan satu di antara komponen terpenting dan memiliki tugas berat. Bobot mobil plus barang dan penumpang yang diangkut mobil semua disangka oleh ban.

Namun, produsen ban telah memperhitungkan kekuatan ban dalam menyangga beban. Oleh karena itu, mereka membuat ban dengan berbagai tipe dan kategori sesuai dengan jenis mobil. Sehingga, ban memiliki daya tahan yang tinggi dan awet.

Kendati demikian, tak jarang pemilik mobil merasa ban kendaraannya harus segera diganti padahal belum lama mereka beli. Permukaan dan kembangan di telapak ban telah halus, di dinding ban yang tidak rata, dan lain-lain.

“Selain faktor umur, ada beberapa kondisi tertentu yang menjadi penyebab utama ban cepat aus. Keausan itu berupa, dinding ban yang pecah-pecah karena karet getas, telapak ban gundul, mudah sobek ,” kata Paulus Susanto, Service Advisor Bahana Ban, Serpong Raya, Tangerang, Banten, Rabu (9/2).

Apa saja penyebab tersebut? Bagaimana cara menghindarinya? Berikut penjelasan dari Susanto:

1. Beban berlebih

Setiap mobil yang diproduksi oleh produsen selalu dirancang memiliki kemampuan mengangkut beban maksimal hingga berat tertentu. Umumnya, para produsen telah mencantumkan berat kosong dan berat isi dari mobil yang bersangkutan.

“Berat kosong, artinya berat mobil saat tidak mengangkut barang maupun penumpang dan tidak dikemudikan. Sedangkan berat isi adalah bobot mobil setelah mengangkut penumpang dan barang,” kata Susanto.

Berat dan kapasitas angkut atau berat isi tersebut diinformasikan pabrikan melalui buku manual atau brosur tentang spesifikasi mobil. Berat tersebut sudah memperhitungkan semua aspek, termasuk bahan dasar kerangka bodi, suspensi, dan tentu saja ban.

Sehingga, bila beban yang diangkut mobil melebihi standar yang direkomendasikan, maka tekanan terhadap ban juga semakin tinggi dan berat. Pada sisi lain, dengan tekanan yang berat dan gesekan terus menerus dengan permukaan jalan sepanjang perjalanan menjadi tapak dan kembangan ban cepat menipis.

“Bahkan kemungkinan ban meletus juga sangat besar. Karena itu sangat disarankan, jangan mengangkut beban yang melebihi batas,” tandas Susanto.

2. Arah gerakan ban tidak selaras

Mobil yang saban hari digunakan dan melibas berbagai jenis dan karakter jalan, menyebabkan posisi roda tidak selaras lagi. “Artinya ban tidak balance, saat mobil dijalankan arah gerakan ban tidak selaras. Ada kemiringan melenceng 3 – 5 derajat,” kata Susanto.

Padahal, arah melencengnya masing-masing ban berbeda-beda. Ada yang ke kiri atau ke kanan. Bila mobil dipacu maka, ban serasa dipaksa lari atau diseret. Gesekan antara permukaan jalan dengan permukaan ban itulah yang menyebabkan permukaan ban atau dinding samping ban menipis.

Oleh karena itu sangat disarankan untuk melakukan spooring dan balancing roda mobil setelah melakukan perjalanan 5.000 kilometer dan kelipatannya.

3. Perangkat sistem suspensi bermasalah

Faktor penyebab lain yang tidak kalah besar kontribusinya terhadap kerusakan ban adalah komponen suspensi yang bermasalah. Pasalnya, bila komponen tersebut bermasalah menyebabkan pengendalian mobil tidak stabil.

Bila mobil tidak stabil, maka arah gerakkan ban di saat mobil melaju juga tidak stabil. Gerakkan ban terkadang ke kiri atau kanan, bahkan di saat melibas jalan bergelombang atau berlubang ban seperti dihempaskan dan diseret.

“Sehingga, permukaan ban cepat tipis, struktur kerangka ban yang berupa kawat dan benang juga cepat aus,” jelas Susanto.

4. Ukuran pelek dan ban yang tidak sesuai

Fakta yang ada membuktikan, ban yang tidak sesuai dengan ukuran pelek (ukuran pelek lebih besar atau lebih kecil) dan dipaksakan akan membuat beban yang disangga dinding ban terlalu berat.

Akibatnya, ban seolah ditarik sehingga mudah retak, pecah, atau benjol. Oleh karena itu gunakan pelek dengan ukuran yang sesuai dengan ban.

5. Tekanan angin ban yang kurang atau berlebih

Para produsen ban merancang ban produksinya dengan memiliki kemampuan menyangga beban mobil baik berat dan isi (maksimal) dengan tekanan agin tertentu. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna mobil, serta agar umur ban awet sesuai standar yang ditetapkan. Oleh karena itu, bila tekanan angin ban kurang dari standar yang ditetapkan maka tekanan terhadap ban juga semakin berat.

Walhasil, gesekan antara permukaan ban dengan permukaan jalan juga semakin keras. Akibatnya, permukaan ban cepat tipis, struktur kerangka ban yang terbuat dari kawat dan benang juga cepat rusak. Bahkan dalam kondisi ekstrem, kemungkinan ban pecah sangat besar.

Begitu pula bila tekanan angin ban melebihi standar. Oleh karena itu sangat disarankan mengisi tekanan angin ban sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

6. Oli, bensin/solar, serta deterjen yang menggerogoti

Barangkali banyak pemilik mobil yang tidak menyadari atau sengaja mengabaikan saat ban mobil mereka melindas atau teciprat beberapa zat di atas. Padahal, ban yang kerap terkena oli atau bahan bakar minyak akan cepat rusak.

Sebab, minyak dari bahan bakar fosil, baik itu solar, bensin, minyak tanah, atau oli memiliki unsur yang membuat karet cepat getas atau melar. “Bila tidak percaya, coba celupkan beberapa kali potongan karet ke beberapa zat itu, dan tunggu beberapa hari. Pasti melar atau getas,” kata Susanto.

Sementara, kata dia, menurut sebuah organisasi keselamatan berkendara di Jerman, Dekra, beberapa unsur aditif yang ada di sabun colek dan deterjen juga berpotensi mengikis bahan kimia pelindung karet ban. Akibatnya, ban cepat rusak bila kerap terkena sabun atau deterjen.

Oleh karena itu, bilaslah ban dengan air bersih hingga bekas sabun atau deterjen benar-benar hilang. Terutama saat mobil dicuci di tempat cucian, mintalah petugas pencuci untuk membilasnya dengan bersih.

Itulah beberapa tips untuk menjaga keawetan ban. Semoga bermanfaat.



Sumber : adipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar